Selasa, 22 Januari 2013

MANFAAT DARI BUAH PETE DAN JENGKOL

Jengkol dan pete, inilah dua buah yang dianggap seperti pasangan sejoli karena baunya yang sama-sama menyengat dan sering dihindari orang. Banyak yang menganggap bahwa kedua jenis buah itu tidak layak dikonsumsi atau mungkin malu untuk mengkonsumsinya meski suka. Baunya memang jadi masalah utama bagi penikmatnya. Karena itulah kedua buah ini sering digolongkan sebagai makanan kelas rendah; selain karena murah, tak banyak kalangan orang berada yang mau memakannya. Tapi tahukah anda bahwa jengkol dan pete memiliki berbagai manfaat yang sangat penting untuk tubuh kita? Berikut ini adalah faktanya.

Pertama adalah jengkol. Jengkol sendiri terdiri dari berbagai vitamin, asam jengkolat, mineral, dan serat yang tinggi. Jengkol memiliki khasiat diuretic yang dapat membantu melancarkan pembuangan urine, dan hal ini sangat menguntungkan bagi penderita penyakit jantung koroner.  Seratnya dapat melancarkan buang air besar, dan secara tidak langsung dapat membantu melangsingkan perut yang buncit akibat sulit BAB. Karena itu juga jengkol digunakan sebagai bahan cuci perut yang ampuh selain apel. Manfaat lainnya adalah mencegah penyakit diabetes/kencing manis dikarenakan kandungan asam dan mineralnya. Namun asam jengkolat yang terdapat di jengkol berupa kristal dan tidak mudah larut oleh air. Karena itu saran dalam mengkonsumsi jengkol adalah jangan berlebihan, karena ginjal bisa jadi tidak dapat menyaring asam tersebut dalam jumlah yang kelewat banyak hingga akhirnya mengalami sulit berhenti buang air kecil atau sering disebut anyang-anyangan.

Sedangkan pete/petai, memiliki manfaat yang lebih banyak lagi dibandingkan jengkol. Dan menurut saya bau pete lebih menyengat jika dibandingkan saudaranya; jengkol. Yah, mungkin ini bayaran dari banyaknya untung yang didapat jika memakan pete—yaitu baunya juga lebih menyiksa. Pete mengandung 3 macam gula alami yaitu sukrosa, fruktosa, dan glukosa dan dikombinasikan dengan serat tinggi. Kandungan gula ini membuat pete jadi banyak diambil manfaatnya sebagai penambah tenaga. Tak heran jika banyak atlit yang menkonsumsi pete untuk menjaga tubuh mereka agar tetap fit. Penelitian juga menyebutkan bahwa dengan menkonsumsi 2 porsi pete per hari dapat menambah suplai tenaga hingga 90 menit.

Kandungan tryptophan dan vitamin B6 di dalam pete juga bisa membantu emosi seseorang untuk menjadi lebih tenang dan bisa mengurangi tingkat depresi. Bagi para penderita tekanan darah tinggi, buah ini juga termasuk makanan yang aman dikonsumsi. Ini karena banyaknya kalium yang terkandung di pete tetapi rendah garam. Begitu tingginya kandungan kalium di pete hingga membuat FDA Amerika member ijin kepada perkebunan pete untuk melakukan klaim resmi terhadap kemampuan pete dalam menekan resiko darah tinggi dan stroke. Kaliumnya yang tinggi juga dapat meningkatkan konsentrasi otak dan secara tidak langsung membantu menumbuhkan kecerdasan anak di usia pertumbuhan. Pete juga bisa membantu orang yang ingin berhenti dari kecanduan rokok. Kandungan vitamin B6, B12, magnesium dan kaliumnya dapat menekan kebutuhan nikotin dan membuat orang tersebut justru merasa tak perlu lagi dengan nikotin. Olesan buah pete pada kulit juga bisa menghindari Anda dari gigitan nyamuk. Jadi tidak perlu membuang uang beberapa ratus perak untuk lotion nyamuk, karena olesan pete pun tak kalah ampuh dan lebih alami. Tapi sayangnya cara ini akan sedikit mengganggu karena dijamin kulit Anda jadi bau pete juga. Hm, yang satu ini kurang efisien, ya.

Selain manfaat-manfaat tersebut, masih banyak lagi segudang manfaat pete yang membuat buah ini menjadi perhatian ahli medis. Antara lain mencegah kegemukan, mengobati anemia, mengobati sembelit, memulihkan seseorang dari mabuk, menyembuhkan luka lambung, mengatur suhu tubuh, bahkan untuk menghaluskan kulit juga—dan pete jadi banyak diekspor ke negara-negara China, Jepang, Korea sebagai bahan kosmetik.

Tidak hanya di Asia, jengkol dan petai sudah mendunia dan penyebarannya benar-benar dirasa bermanfaat bagi orang-orang. Jika disini kita seringkali malu kalau ketahuan makan jengkol dan pete, di luar negeri orang-orang justru mencarinya dan tak keberatan untuk menjadikannya sebagai cemilan harian mereka. Meskipun baunya tak sedap, tapi demi manfaatnya yang begitu besar menjadikan kedua buah ini pantas dinomorsatukan. Asal tidak ada orang lain yang kebauan—cukup diri sendiri saja, hehe—maka tidak masalah lagi jika kita menkonsumsi jengkol dan pete, ya kan?

Sejarah tentang kota semarang

Sejarah Semarang berawal kurang lebih pada abad ke-8 M, yaitu daerah pesisir yang bernama Pragota (sekarang menjadi Bergota) dan merupakan bagian dari kerajaan Mataram Kuno. Daerah tersebut pada masa itu merupakan pelabuhan dan di depannya terdapat gugusan pulau-pulau kecil. Akibat pengendapan, yang hingga sekarang masih terus berlangsung, gugusan tersebut sekarang menyatu membentuk daratan. Bagian kota Semarang Bawah yang dikenal sekarang ini dengan demikian dahulu merupakan laut. Pelabuhan tersebut diperkirakan berada di daerah Pasar Bulu sekarang dan memanjang masuk ke Pelabuhan Simongan, tempat armada Laksamana Cheng Ho bersandar pada tahun 1405 M. Di tempat pendaratannya, Laksamana Cheng Ho mendirikan kelenteng dan mesjid yang sampai sekarang masih dikunjungi dan disebut Kelenteng Sam Po Kong (Gedung Batu).
Pada akhir abad ke-15 M ada seseorang ditempatkan oleh Kerajaan Demak, dikenal sebagai Pangeran Made Pandan (Sunan Pandanaran I), untuk menyebarkan agama Islam dari perbukitan Pragota. Dari waktu ke waktu daerah itu semakin subur, dari sela-sela kesuburan itu muncullah pohon asam yang arang (bahasa Jawa: Asem Arang), sehingga memberikan gelar atau nama daerah itu menjadi Semarang.
Sebagai pendiri desa, kemudian menjadi kepala daerah setempat, dengan gelar Kyai Ageng Pandan Arang I. Sepeninggalnya, pimpinan daerah dipegang oleh putranya yang bergelar Pandan Arang II (kelak disebut sebagai Sunan Bayat atau Sunan Pandanaran II atau Sunan Pandanaran Bayat atau Ki Ageng Pandanaran atau Sunan Pandanaran saja). Di bawah pimpinan Pandan Arang II, daerah Semarang semakin menunjukkan pertumbuhannya yang meningkat, sehingga menarik perhatian Sultan Hadiwijaya dari Pajang. Karena persyaratan peningkatan daerah dapat dipenuhi, maka diputuskan untuk menjadikan Semarang setingkat dengan Kabupaten. Pada tanggal 2 Mei 1547 bertepatan dengan peringatan maulid Nabi Muhammad SAW, tanggal 12 rabiul awal tahun 954 H disahkan oleh Sultan Hadiwijaya setelah berkonsultasi dengan Sunan Kalijaga. Tanggal 2 Mei kemudian ditetapkan sebagai hari jadi kota Semarang.
Kemudian pada tahun 1678 Amangkurat II dari Mataram, berjanji kepada VOC untuk memberikan Semarang sebagai pembayaran hutangnya, dia mengklaim daerah Priangan dan pajak dari pelabuhan pesisir sampai hutangnya lunas. Pada tahun 1705 Susuhunan Pakubuwono I menyerahkan Semarang kepada VOC sebagai bagian dari perjanjiannya karena telah dibantu untuk merebut Kartasura. Sejak saat itu Semarang resmi menjadi kota milik VOC dan kemudian Pemerintah Hindia Belanda.
Kantor KPM (Koninklijke Paketvaart Maatschappij) di Semarang (1918-1930)
Pada tahun 1906 dengan Stanblat Nomor 120 tahun 1906 dibentuklah Pemerintah Gemeente. Pemerintah kota besar ini dikepalai oleh seorang Burgemeester (Wali kota). Sistem Pemerintahan ini dipegang oleh orang-orang Belanda berakhir pada tahun 1942 dengan datangya pemerintahan pendudukan Jepang.
Pada masa Jepang terbentuklah pemerintah daerah Semarang yang dikepalai Militer (Shico) dari Jepang. Didampingi oleh dua orang wakil (Fuku Shico) yang masing-masing dari Jepang dan seorang bangsa Indonesia. Tidak lama sesudah kemerdekaan, yaitu tanggal 15 sampai 20 Oktober 1945 terjadilah peristiwa kepahlawanan pemuda-pemuda Semarang yang bertempur melawan balatentara Jepang yang bersikeras tidak bersedia menyerahkan diri kepada Pasukan Republik. Perjuangan ini dikenal dengan nama Pertempuran Lima Hari.
Tahun 1946 Inggris atas nama Sekutu menyerahkan kota Semarang kepada pihak Belanda. Ini terjadi pada tanggal l6 Mei 1946. Tanggal 3 Juni 1946 dengan tipu muslihatnya, pihak Belanda menangkap Mr. Imam Sudjahri, wali kota Semarang sebelum proklamasi kemerdekaan. Selama masa pendudukan Belanda tidak ada pemerintahan daerah kota Semarang. Namun para pejuang di bidang pemerintahan tetap menjalankan pemerintahan di daerah pedalaman atau daerah pengungsian di luar kota sampai dengan bulan Desember 1948. daerah pengungsian berpindah-pindah mulai dari kota Purwodadi, Gubug, Kedungjati, Salatiga, dan akhirnya di Yogyakarta. Pimpinan pemerintahan berturut-turut dipegang oleh R Patah, R.Prawotosudibyo dan Mr Ichsan. Pemerintahan pendudukan Belanda yang dikenal dengan Recomba berusaha membentuk kembali pemerintahan Gemeente seperti pada masa kolonial dulu di bawah pimpinan R Slamet Tirtosubroto. Hal itu tidak berhasil, karena dalam masa pemulihan kedaulatan harus menyerahkan kepada Komandan KMKB Semarang pada bulan Februari 1950. tanggal I April 1950 Mayor Suhardi, Komandan KMKB. menyerahkan kepemimpinan pemerintah daerah Semarang kepada Mr Koesoedibyono, seorang pegawai tinggi Kementerian Dalam Negeri di Yogyakarta. Ia menyusun kembali aparat pemerintahan guna memperlancar jalannya pemerintahan.

Daftar wali kota

Sejak 1945

Sejak tahun 1945 para wali kota yang memimpin kota besar Semarang yang kemudian menjadi Kota Praja dan akhirnya menjadi Kota Semarang adalah sebagai berikut:
  • Mr. Moch.lchsan
  • Mr. Koesoebiyono (1949–1 Juli 1951)
  • RM. Hadisoebeno Sosrowerdoyo (1 Juli 1951–1 Januari 1958)
  • Mr. Abdulmadjid Djojoadiningrat (7 Januari 1958–1 Januari 1960)
  • RM Soebagyono Tjondrokoesoemo (1 Januari 1961–26 April 1964)
  • Mr. Wuryanto (25 April 1964–1 September 1966)
  • Letkol. Soeparno (1 September 1966–6 Maret 1967)
  • Letkol. R.Warsito Soegiarto (6 Maret 1967–2 Januari 1973)
  • Kolonel Hadijanto (2 Januari 1973–15 Januari 1980)
  • Kol. H. Iman Soeparto Tjakrajoeda SH (15 Januari 1980–19 Januari 1990)
  • Kolonel H. Soetrisno Suharto (19 Januari 1990–19 Januari 2000)
  • H. Sukawi Sutarip SH. (19 Januari 2000–2010)
  • Drs.H.Soemarmo HS, MSi / Hendrar Prihadi, SE, MM. (2010–sekarang)

Daftar penguasa Semarang

Di bawah Kerajaan Demak

Di bawah Kesultanan Pajang dan Kesultanan Mataram

  • Pangeran Kanoman atau Pandan Arang III (1553-1586)
  • Mas R.Tumenggung Tambi (1657-1659)
  • Mas Tumenggung Wongsorejo (1659 - 1666)
  • Mas Tumenggung Prawiroprojo (1666-1670)
  • Mas Tumenggung Alap-alap (1670-1674)
  • Kyai Mertonoyo, Kyai Tumenggung Yudonegoro atau Kyai Adipati Suromenggolo (1674 -1701)

Di bawah VOC

  • Raden Martoyudo atau Raden Sumoningrat (1743-1751)
  • Marmowijoyo atau Sumowijoyo atau Sumonegoro atau Surohadimenggolo (1751-1773)
  • Surohadimenggolo IV (1773-?)
  • Adipati Surohadimenggolo V atau kanjeng Terboyo (?)

Pemerintahan Hindia Belanda

  • Raden Tumenggung Surohadiningrat (?-1841)
  • Putro Surohadimenggolo (1841-1855)
  • Mas Ngabehi Reksonegoro (1855-1860)
  • RTP Suryokusurno (1860-1887)
  • RTP Reksodirjo (1887-1891)
  • RMTA Purbaningrat (1891-?)
Pemerintahan kemudian dibagi 2 : Kota Praja dan Kabupaten. Penguasa pribumi kemudian menjadi Bupati Semarang:
  • Raden Cokrodipuro (?-1927)
  • RM Soebiyono (1897-1927)
  • RM Amin Suyitno (1927-1942)
  • RMAA Sukarman Mertohadinegoro (1942-1945)
Sementara penguasa Belanda menjadi Wali Kota Semarang:
  • D. de Jongh (1916-1927)
  • A. Bagchus (1928-1935)
  • H.E. Boissevain (1936-1942)

Pemerintahan Republik Indonesia

  • R. Soediyono Taruna Kusumo (1945-1945), hanya berlangsung satu bulan
  • M. Soemardjito Priyohadisubroto (tahun 1946)

Pemerintahan Republik Indonesia Serikat

  • RM. Condronegoro hingga tahun 1949

Setelah pengakuan kedaulatan

  • M. Soemardjito Priyohadisubroto (1946-1952)
  • R. Oetoyo Koesoemo (1952-1956).
Utuk Bupati selanjutnya buka halaman Kabupaten Semarang
Kotamadya Semarang secara definitif ditetapkan berdasarkan UU Nomor 13 tahun 1950 tentang pembentukan kabupaten-kabupaten dalam lingkungan Provinsi Jawa Tengah.